PEMBUNGAAN TANAMAN MANGGA

Tanaman mangga mempunyai toleransi tumbuh yag tinggi, baik didataran rendah maupun di dataran tinggi, dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau banyak, tetapi untuk memperoleh produksi Mangga yang tinggi membutuhkan temperatur curah hujan, keadaan awan dan angin yang bertoleransi tepat.
Di Indonesia Mangga dapat tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl, menurut Untung (1998) ketinggian yang ideal adalah 600 mdpl. Masa berbunga tanaman Mangga dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut, hal ini beerhubungan dengan radiasi matahari yang dibutuhkan tanaman. Di Indonesia pada umumnya setiap kenaikan rata-rata 130 m dimana Mangga ditanam, maka masa pembungaan tertunda selama 4 hari.(AAK,1991)
Tanaman Mangga memerlukan temperatur yang panas menjelang pembungaan, karena temperatur tersebut mencegah pertumbuhan vegetatif dan mendorong pertumbuhan reproduktif. Temperatur untuk tanaman Mangga lebih kurang 24 oC-27 oC, pada suhu tersebut pertumbuhan vegetatif dan hasilnya cukupbaik, suhu yang dapat ditoleransi adalah 28 oC-30 oC (Untung, 1998)
Keadaan volume curah hujan juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman Mangga dan proses produksi pembentukan bunga dan buah. Persentase curah hujan setiap tahun secara alami sangat penting pengaruhnya terhadap proses pembungaan, sebab masa primordia bunga akan terjadi setelah musim hujan. Curah hujan yang dapat ditolerir untuk pertumbuhan dan perkembangan mangga berkisar antara 700 -2500 mm/ tahun. Ciri khas lain pada tanaman mangga yaitu angat tahan terhadap kekeringan, malahan kondisi inilah yang diinginkan. Kondisi kering yang masih dapat ditolerir adalah 2-6 bulan. (Pracaya,1995)
Di daerah dengan curah hujan yang tinggi tanaman mangga tidak dapat berbuah maksimal, beberapa jenis tanaman Mangga gagal berbunga pada saat cuaca lembab malam hari, berawan dan terjadi tetesan air embun pada bunga Mangga, sehingga mempercepat serangan penyakit.
Menurut (AAK,1998) Curah hujan diluar batas toleransi akan berakibat kurang menguntungkan terhadap tanaman Mangga, diantaranya adalah :
1. Curah Hujan akan mencuci butir-butir tepung sari, akhirnya tepung sari tersebut jatuh.
2. Hujan yang terlalu lebat bisa menyebabkan luka pada permukaan tubuh bunga sehingga bisa mengakibatkan bunga rontok.
3. Volume curah hujan yang tinggi mengakibatkan udara menjadi lembab, sehingga memudahkan serangan hama penyakit.
4. Selama hari-hari hujan, serangga penyerbuk tinggal diam bermalas-malasan, praktis mereka tidak dapat melakukan penyerbukan

admin : Ahmad Sanusi

Hubungan Iklim dengan Lebah Madu

oleh : AHMAD SANUSI NST

Dalam kehidupan dan perkembangannya lebah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Selain ketersediaan pakan lebah maka faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, curah hujan dan ketinggian tempat juga sangat menentukan perkembangan lebah madu (Widhiono, 1986).
Jadi, sama halnya dengan makhluk hidup lain dalam kaitannya dengan iklim, lebah juga memiliki persyaratan iklim yang cukup untuk keberlangsungan produktifitasnya. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika iklim tidak sesuai maka produktifitas lebah madu juga kemungkinan besar akan tidak sesuai dengan yang diharapkan.Iklim yang dimaksud dalam hal ini meliputi cuaca dan faktor-faktor iklim itu sendiri.
Tahun 2007 banyak peternak lebah madu yang gulung tikar akibat cuaca yang tidak menentu. Sebagai contoh peternak lebah dengan perhitungan tahun sebelumnya biasanya panen madu kelengkeng sekitar bulan September. Dengan asumsi tersebut peternak lebah madu akan mengembala lebahnya ke daerah Ambarawa namun akibat cuaca yang tidak menentu ternyata pohon kelengkeng gagal berbunga.Peternak yang sudah terlanjur membawa koloni lebahnya ke tempat tersebut tentu akan rugi besar selain biaya tarnsportasi yang mahal juga banyak lebah yang mati kelaparan (www.binaapiari.com, 2008)
Jadi, untuk berhasil dalam bisnis budidaya lebah madu, faktor iklim merupakan salah satu bagian penting yang perlu dikaji terlebih dahulu.Berikut ini ada beberapa faktor iklim yang berhubungan dengan lebah madu baik secara langsung maupun tidak langsung :

a. Suhu
Lebah madu merupakan golongan serangga berdarah dingin, sehingga sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu udara disekitarnya. Menurut Siregar (2009) Pada suhu dibawah 10 0C dapat mengakibatkan urat sayapnya menjadi lemah sehingga tidak mampu terbang.Pada suhu sekitar 10o C, lebah madu cenderung lebih banyak memperbaiki sarang sebagai upaya meningatkan temperatur agar mencapai kondisi kenyamanan yang ideal Suhu diatas 100C lebah mulai aktif dan kegiatannya akan meningkat dengan kenaikan suhu. Pada suhu 330C – 350C lebah ratu mulai aktif bertelur, sedang pada suhu diatas 350C kegiatan lebah dalam membuat lilin dan sarang akan lebih meningkat (Rismunandar, 1990).
Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat 0C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 0C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25 0C). Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya. (www.binaapiari.com, 2008).
Koloni lebah mempunyai cara-cara yang unik untuk mempertahankan temperatur didalam sarangnya. Kemampuan lebah untuk mempertahankan kehangatan kondisi mikroklimat merupakan adaptasi secara langsung untuk terbang. Adapun cara yang ditempuh adalah melalui pengendalian terintegrasi antara produksi dan pelepasan panas. Mekanisme ini dapat menyebabkan menurunnya aktivitas lebah dalam mencari makanan sehingga akan dapat mempengaruhi perkembangan koloni selanjutnya (Seeley, 1985).

b. Kelembaban
Salah satu hal utama yang perlu diperhatikan apabila kita beternak lebah dalam stup atau glodok adalah kelembaban. faktor kelembaban harus selalu diperhatikan karaena hal ini berhubungan dengan kandungan air dalam stup atau glodok.Lebah menghendaki tempat yang tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering, yang pasti lebah mampu menciptakan kondisi lembab disekitarnya apabila air di daerah tersebut tersedia dan cuaca mendukung. Kondisi yang terlalu lembab bisa mengakibatkan timbulnya bakteri maupun jamur disekitar sarang yang dapat berakibat terhadap pembusukan telur dan berkurangnya kesehatan lebah (Sutrisno, komunikasi pribadi, 2009)

c. Curah Hujan
Para peternak lebah dituntut untuk selalu jeli untuk mencari lokasi penggembalaan lebah. Pada musim bunga (kemarau), peternak harus mampu mencari lokasi penggembalaan yang bunganya melimpah, agar madu dan royal jellynya melimpah pula. Pada musim-musim paceklik (penghujan), peternak dituntut untuk mampu menempatkan lebah di lokasi yang memiliki curah hujan kecil dan paling banyak sumber nektarnya, terutama sumber tepung sari bunga.
Suhu udara yang terlalu panas atau terlalu dingin tidak cocok untuk kehidupan lebah madu, demikian pula lokasi yang memiliki curah hujan terlalu tinggi tidak cocok untuk budidaya lebah madu, karena lebah-lebah pekerja tidak bisa mencari makanan. Namun, jika hujan turun pada siang hari, lebah masih mempunyai kesempatan mencari makanan pada pagi hari (Halim dan Suharno, 2008)

d. Ketinggian Tempat
Indonesia termasuk wilayah yang memiliki udara sub tropis, sangat ideal untuk mengembang biakkan dan membudidayakan lebah, karena rata-rata suhu udara nya 26 – 35oC. Sedangkan untuk dataran yang ketinggiannya di atas 1.000 meter dari permukaan laut kurang cocok untuk pembudidayaan lebah, karena suhu udaranya dibawah 15oC. Kondisi ini akan menyebabkan lebah malas keluar sarang dan memilih bermain-main di dalam sarang, yang akan mengakibatkan kekurangan bahan makanan karena lebah pekerja (betina) enggan mencari nektar dan tepung sari. Dataran yang cocok untuk beternak lebah madu ini adalah dil lereng pegunungan atau dataran tinggi yang bersuhu normal (di atas 25oC) (Bank, Indonesia).
Tidak semua jenis lebah bisa hidup pada berbagai ketinggian, hal ini erat kaitannya dengan suhu dan sumber pakannya. Ada jenis lebah yang bisa hidup sampai ketinggian 1200 mdpl dan ada yang bisa hidup pada berbagai ketinggian tertentu. Seperti Apis laboriosa Jenis lebah ini hanya terdapat di pegunungan Himalaya pada ketinggian tempat lebih dari 1.200 m dari permukaan laut (dpl), jenis Apis andrenoformis hanya bisaditemukan sampai pada ketingian 500 mdpl.

e. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari berpengaruh terhadap aktivitas lebah.Umumnya lebah pekerja mulai giat dari jam 05.00 WIB sampai jam 18.00 WIB. Puncak kegiatannya 1ebih ,banyak terjadi pada pagi hari antara jam 05.00-08.00 WIB. Bervariasinya faktor lingkungan fisis dan perubahan waktu menyebabkan pola kegiatan hariam keluar-masuk sarang lebah pekerja juga bervariasi. (Syamsudin,2008)
Faktor fisis yang relatif berpengaruh dalam menentukan kegiatan keluar-masuk sarang adalah intensitas cahaya matahari, suhu dan kecepatan angin walaupun demikian pola kegiatan harian memperlihatkan pola yang ritmis. Pada kegiatan harian mengumpulkan tepung sari memperlihatkan pola yang ritmis dengan dua periode puncak kegiatan pada pagi hari dan sore hari. Kegiatan harian rata-rata mengambil tepung sari terhenti pada jam 12.00-15.00 WIB. Faktor lingkungan fisis yang relatif paling berpengaruh dalam menentukan kegiatan pekerja untuk mengumpulkan tepung sari adalah intensitas cahaya. (Syamsuddin, 2008)

BANK BENIH (Suatu Kajian dalam Bidang Kehutanan)

Oleh : Ahmad Sanusi Nst

Dalam istilah sehari-hari kita mengenal bank sebagai tempat untuk menyimpan uang,dan benih merupakan biji yang sudah terseleksi. Bank benih yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tempat untuk menyimpan semua benih berbagai jenis tumbuhan agar dapat dipergunakan pada masa yang akan datang, sebagai sumber genetika untuk kepentingan konservasi dan pemuliaan. Keberadaan bank benih sangatlah penting mengingat Indonesia dengan bermacam ragam jenis pohon hutan memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan dan pelestarian plasma nutfah tumbuhan di dunia.
Bank benih terdiri dari bank benih di hutan (lapangan) yang tersimpan di dalam atau di atas permukaan tanah dan bank benih di tempat penyimpanan yang sudah melalui perlakuan pendahuluan, agar kualitas fisik,fisiologis dan genetisnya tetap baik.

1. Tipe Benih
Menurut Sutarno dkk (1997) secara teknologi dikenal benih yang bersifat ortodoks dan rekalsitran..
Benih ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatife sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam keadaan suhu yang relative rendah.contoh benih yang bersifat ortodoks antara lain adalah benih Acacia mangium Wild (Akasia),Dalbergia latifolia Roxb (sonobrit),Eucalyptus urophylla S.T (ampupu),Eucalyptus deglupta Blume (leda), Gmelina arborea Linn (gmelina), Paraserianthes falcataria Folsberg (sengon),Pinus mercusii Jung et de Vriese (tusam), dan Santalum album (cendana)
Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang bersuhu rendah.contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia Salisb (dammar),Diosypros celebica Back (eboni) ,Hevea brasiliensis Aublet (Kayu karet),Macadamia hildenbrandii Steen (makadame),Shore compressa, Shorea seminis V.SI.

2. Keadaan Dorman (dormansi)
Benih viable tidak bisa berkecambah walaupun ditempatkan pada kondisi lingkungan yang menguntungkan disebut dengan dormansi. Adapun penyebabnya antara lain adalah :
1. kulit benih tidak tembus air
2. kulit terlalu keras, sehingga secara mekanis sulit ditembus oleh embrio.
3. benih yang impermeable terhadap gas oksigen.
4. embrio belum terbentuk sempurna pada saat benih telah masak, dan
5. ketidaksiapan benih secara kimiawi untuk memulai perkecambahan.
Beberapa teknik yang dipakai untuk memecahkan dormansi ini antara lain adalah mengikir,menggosok, melubangi,secara kimiawi yaitu dengan merendam benih dalam larutan asam sulfat, asam nitrat (pekat),asam hidroklorid, zat pengatur tumbuh (sitokinin, auksin dan giberelin);dengan perendaman air panas atau perlakukan suhu tertentu serta cahaya. Contoh benih dorman adalah merbau (Instia palembanica)yang benihnya diliputi oleh kulit keras dan tebal dan tidak dapat menyerap air, benih merbau yang matang mempunyai kelembaban nisbi kurang dari 10%, benih tersebut dapat bertahan 3 tahun tanpa diperlakukan, dan dapat berkecambah setelah dua tahun.
Perlu diketahui benih non dorman juga tidak selalu menguntungkan, karena benih tersebut cepat mati, sehingga menyulitkan apabila dipindahkan/ dibawa ke tempat lain yang relative memerlukan waktu yang agak panjang. Contoh benih yang non dorman adalah Hopea odorata (merawan),Pericopsis spp (kayu kuku).

PUSTAKA ACUAN

Sutarno dkk,1997. PENGENALAN PEMBERDAYAAN POHON HUTAN,Prosea Indonesia-Prosea Network Office,Pusat Diklat Pegawai & SDM Kehutanan, Bogor 1997

RESPON TANAMAN TERHADAP PENYINARAN

OLEH: AHMAD SANUSI NST
E-mail: sanusi_eneste@yahoo.com

Pada dasarnya pengaruh radiasi terhadap pertumbuhan tanaman terdapat dalam proses-proses :
1. Fotosintesa
2. Fotostimulus, misalnya fotoperiodisme.

Fotosintesa memerlukan intensitas radiasi yang lebih besar dari fotoperiodisme, pada umumnya kecepatan fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan naiknya intensitas cahaya. Pada nilai-nilai intensitas cahaya tertentu, kecepatan fotosintesa tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh dengan cahaya (Guslim,2007).
Istilah fotoperodisitas digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994) Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam; sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat (<10 Jam). Kelompok tumbuhan yang membutuhan lama penyinaran yang panjang disebut tumbuhan hari panjang (long-day plant) dan kelompok tumbuhan yang membutuhkan lama penyinaran yang sngkat disebut tumbuhan hari pendek (short-day plant, kelompok tumbuhan yang fase perkembangan tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut sebagai tumbuhan hari netral (neutral-day plant)kelompok ini akan memasuki fase generatif baik jika menerima lama penyinaran yang panjang ataupun singkat.
Jadi dari hal tersebut di atas, dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting bukanlah intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar matahari).fenomena ini dapat kita jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman mangga)yang tempat tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu listrik)berbunga diluar musimnya.walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman yang tidak mau berbunga bila panjang hari kurang atau lebih dari apa yang seharusnya diutuhkan.
Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan tumbuhan akan lama penyinaran yang ideal, lama penyinaran ini dpat dimaniplasi (dipepanjang atau dipersingkat). Penambahan lama penyinaran dapat dilakukan dengan menggunakan lampu listrik yang spektru cahayanya semirip mungkin dengan cahaya matahari, dimana secara sederhana dapat digunakan gabungan antara cahaya dari lampu pijar dengan lampu fluorescence. Untuk mempersingkat lama penyinaran dapat dilakukan dengan cara menutupi tanaman tersebut dengan kain hitam atau bahan lain yang sulit ditembus cahaya matahari.

DAFTAR PUSTAKA

Guslim,2007. Agroklimatologi,USU Press,Medan
Lakitan,B.1994, Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

MANAJEMEN PEMBUNGAAN DAN PENYERBUKAN TANAMAN

oleh: Ahmad Sanusi Nst
E-mail: sanusi_eneste@yahoo.com
Pembungaan dan penyerbukan merupakan salah satu faktor penting dalam produktifitas tanaman, namun cukup disayangkan di negara yang kaya akan tumbuhan berbunga ini bidang yang mendalami hal ini masih sedikit sekali. Hal ini terbukti dari sedikitnya tulisan yang menguraikan secara detail mengenai pembungaan dan teknologi penyerbukan tanaman indonesia.
Pembungaan dan penyerbukan sebagai bagian yang cukup berperan dalam fruitset tanaman, oleh karena hal tersebut pembungaan perlu mendapatkan perhatian serius dari kita semua, jika kita ingin meningkatkan produktvitas suatu tanaman, dalam hal ini menurut saya perlunya MANAJEMEN PEMBUNGAAN dan PENYERBUKAN
Manajemen Pembungaan dan Penyerbukan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung selama pembungaan dan penyerbukan sehingga didapatkan hasil tanaman yang optimal.
Di daerah sub tropis sering terjadi masalah frost atau suhu rendah dibawah nol untuk itu,diupayakan tanaman dapat lolos dari bahaya tersebut dengan cara pemilihan jenis yang resisten terhadap kebekuan. Pada saat pembungaan ,beberapa tanaman seperti custard apple memerlukan kelembaban tinggi sehingga penyerbukan dan fruit set dapat maksimal. untuk mengatasi hal ini dikebun pisang dipasang semburan uap panas (overheat misting) (Ashari,1998). selain hal tersebut masih banyalk lagi hal-hal yang bisa dilakukan untuk optimalisasi lingkungan berupa modifikasi iklim mikro selama pembungaan.
1. Manajemen Serangga penyerbuk
Pada dasarnya menajemen serangga penyerbuk bertujuan untuk memastikan serangga penyerbuk dalam kebun pada saat berlangsung pembungaan dan menyediakan bahan pakan untuk serangga penyerbuk sehingga serangga tersebut dapat menjalankan tugasnya secara maksimal.
Hingga saat ini Lebah madu merupakan jenis serangga penyerbuk yang paling banyak digunakan untuk peyerbukan. Karena, serangga ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan serangga lainnya,diantaranya adalah: Lebah Madu tidak bersifat hama dan tidak menimbulkan penyakit bagi tanaman, lebah madu bisa digembalakan,sehingga dapat digunakan pada sebarang lokasi sesuai keperluan,lebah madu umummya bekerja pada semua jenis tanaman tahunan dan lebah madu juga merupakan serangga buffer terhadap serangga lainnya ketika terjadi kondisi lingkungan stress.
2. Penyerbukan Bantu
Peyerbukan bantu sering juga disebut dengan penyerbukan suplemen, penyerbukan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil tanaman beberapa komoditas tanaman buah-buahan,menurut Ashari (1998) cara yang sederhana inibisa dilakukan dengan menghadirkan tandan bunga dalam kwas kedalam kanopi tanaman pada saat pembungaan berlangsung.cara ini sering diterapkan pada tanaman apel dan kurma.
Cara yang paling baru digunakan adalah dengan menyambung tanaman polinator dalam kanopi tanaman,yang berarti pada satu tanaman paling sedikit terdiri dari dua jenis kultivar.

Daftar Pustaka
Ashari,S. 1998, Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman,Rineka Cipta, Jakarta

SISTEM SILVIKULTUR HUTAN RAWA GAMBUT

Oleh: Ahmad Sanusi
E-mail : sanusi_eneste@yahoo.com

Rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau atau letak yang menjorok masuk (intake) ke pedalaman sampai sekitar 100 km atau sejauh dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Dalam pengertian yang lebih luas, rawa digolongkan sebagai lahan basah (wet lands) atau lahan bawahan (low lands), Lahan gambut merupakan salah satu contoh lahan rawa (Noor, 2004). Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut (Sagiman, 2007)
Lahan rawa gambut dinilai tidak saja “Marginal” tetapi juga “fragile”, tingkat kesuburan tanah gambut ditentukan oleh sifat fisik, tingkat kematangan dan susunan haranya, sifat kimia tanah gambut sangat beragam, umumnya kandungan N, bahan organik, dan C/N ratio adalah tinggi. Kemasaman merupakan salah satu kendala paling inherence dalam usaha perbaikan beberapa lahan ini.
Kerusakan hutan rawa gambut saat ini disebabkan oleh:
1. Tidak memperhatikan karakteristik Ekosistem
2. Over Eksploitasi
3. Pembakaran
4. Konversi

Untuk memperbaiki kerusakan tersebut perlu dilakukan tindakan secara silvikultur yang baik.

Sistem Silvikultur
1. Pemilihan Jenis Tanaman
Pemilihan jenis tanaman merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam pengelolaan hutan rawa gambut, karena pertumbuhan jenis tanaman sanagt tergantung dengan kondisi tapaknya, jika tanaman sesuai dengan kondisi tapak dan iklim mendukung maka upaya pengelolaan lebih efisien dan efektif, menurut Istomo (2004) Beberapa jenis tanaman khas rawa gambut adalah:
• Tumih (Combretocarpus ratundus)
• Mahang (Macaranga spp.)
• Pulai (Alstonia pneumatophora)
• Milas (Parastemon urophyllum)
• Balam-suntai (Palaquium spp.)
• Terentang (Camnosperma coreaceum)
• Geronggang (Cratoxylon arborencens)
• Simpur (Dillenia excelsa)
• Jelutung (Dyera lowii)
• Gelam (Melaleuca cajuputi)
• Ramin (Gonystylus bancanus)
• Meranti batu (Shorea uliginosa)
Jika kita lihat dari segi tujuan perlindungan, pola pembuatan tanaman secara campur (mix-forest) akan lebih menguntungkan, dengan penanaman hutan secara campur tersebut, akmulasi serasah sebagai salah satu penunjang kebakaran hutan dapat diperkecil dengan catatan seperti curah hujan, suhu dan organisme renik cukup mendukungnya (Sumardi dan Widyastuti, 2002).

2. Pengelolaan Air
Hutan Rawa gambut dipengaruhi oleh pasang surut air, sehingga kondisinya relatif tergenang, untuk budidaya jenis beberapa jenis tanaman hal ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhannya dan perlindungannya dari kebakaran. Oleh sebab itu pembuatan parit-parit kecil di hutan rawa gambut merupakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam draenase daerah rawa gambut.Gambut cukup rentan terhadap bahaya kebakaran oleh sebab itu pada musim kemarau, parit-parit dibendung agar kondisi draenase tetap terpelihara dengan baik.

3. Perbaikan Sifat Kimia, Fisika, dan Biologi tanah Gambut.
Proses pembentukan gambut terjadi baik pada daerah pantai maupun di daerah pedalaman dengan fisiografi yang memungkinkan terbentuknya gambut, oleh sebab itu kesuburan gambut sangat bervariasi, gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur, sedang gambut pedalaman seperti di Bereng Bengkel Kalimantan Tengah kurang subur (Sagiman,2007)
Secara teoritis permasalahan pengelolaan lahan gambut sesungguhnya disebabkan oleh drainase yang jelek, kemasaman gambut tinggi, tingkat kesuburan dan kerapatan lindak gambut yang rendah. Kemasaman gambut yang tinggi dan ketersediaan hara serta kejenuhan basa (KB)yang rendah menyebabkan pertumbuhan tanaman di lahan gambut sangat rendah.Tanaman tumbuh normal pada pH 5,5 untuk tanah gambut, untuk mengurangi kemasaman tanah gambut dapat dilakukan dengan pengapuran dan untuk gambut yang miskin hara dapat dilakukan dengan pemupukan.

Menurut Hardjowigeno (1996) sifat-sifat fisik tanah gambut yang penting adalah: tingkat dekomposisi tanah gambut; kerapatan lindak, irreversible dan subsiden. Noor (2001) menambahkan bahwa ketebalan gambut, lapisan bawah, dan kadar lengas gambut
merupakan sifat-sifat fisik yang perlu mendapat perhatian dalam pemanfaatan gambut.
Berdasarkan atas tingkat pelapukan (dekomposisi) tanah gambut dibedakan menjadi: (1)
gambut kasar (Fibrist ) yaitu gambut yang memiliki lebih dari 2/3 bahan organk kasar;
(2) gambut sedang (Hemist) memiliki 1/3-2/3 bahan organik kasar; dan (3) gambut halus
(Saprist) jika bahan organik kasar kurang dari 1/3. Gambut kasar mempunyai porositas
yang tinggi, daya memegang air tinggi, namun unsur hara masih dalam bentuk organik
dan sulit tersedia bagi tanaman, draenase merupakan salah satu tindakan dalam pengelolaan sifat fisik
Untuk perbaikan sifat biologi tanah yang lebih baik, saat ini dilakukan dengan inokulasi mikroba pelapuk yang dapat merombak bahan organik dengan cepat, seperti jenis penicilium,micoriza dan rhizhobium dan Pseudomonas. Bakteri-bakteri tersebut juga dapat menambat unsur-unsur sehingga dapat memperbaiki kondisi kimia tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Harjowigeno,S. 1996. Pengembangan lahan gambut untuk pertanian suatu peluang dan
tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB.22 Juni 1996

Noor,M. 2004, Lahan Rawa,Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Masam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sagiman, S. 2007, Pemanfaatan Lahan Gambut dalam Perspektif Pertanian Berkelanjutan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjung Pura, Pontianak.

Sumardi dan Widyastuti,SM. 2002. Perlindungan Hutan, UGM Press. Yogyakarta

***** Catatan :Untuk IUPHHK dan HTI di rawa Gambut sistem silvikultur mengacu kepada “ Sistem Silvikultur Hutan Rawa Gambut yaitu sistem tebang pilih ((Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 24/Kpts/IV-set/96 untuk hutan rawa gambut )

BIOLOGI LEBAH MADU

Oleh: Ahmad Sanusi Nasution

Jenis-Jenis Lebah
Lebah termasuk dalam kelas insekta dan tergolong dalam jenis serangga yang berdarah dingin yakni hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh perubahan suhu hawa yang ada disekitarnya. Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1993) lebah madu termasuk dalam famili Apidae. Terdapat di Eropa, Afrika, dan Asia. Pada Apidaae, madu dan tepung sari disimpan dalam sisiran yang vertikal, dan tempayak dibesarkan dalam sisiran yang sama.
Menurut Hasanuddin (2003), klasifikasi lebah madu adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Apidae
Genus : Apis
Species : Apis Andreniformis
Apis cerana
Apis nigrocineta
Apis dorsata
Apis florea
Apis koschevnikovi
Apis laboriosa
Apis mellifera

Menurut Sihombing (1997) A.andreniformis, A.cerana, dan A.dorsata adalah lebah alam Indonesia, A.florea di Yunan, Cina, A.koschevnikovi di Serawak (Kalimantan), A.laboriosa di Himalaya dan A.mellifera berasal dari kawasan laut tengah.
Lebah madu adalah serangga sosial yang hidup bergerombol membentuk koloni.Dari 20.000 spesies lebah yang dikenali hanya lebah madu yang menghasilkan madu (Rusfidra,2006). Menurut Sarwono (2001) famili Apidae merupakan jenis lebah penghasil madu sejati. Yang paling penting sebagai penghasil madu dan lilin adalah lebah madu dari genus Apis. Lebah madu adalah serangga sosial yang hidup bergerombol membentuk koloni.Dari 20.000 spesies lebah yang dikenali hanya lebah madu yang menghasilkan madu (Rusfidra,2006). Menurut Sarwono (2001) famili Apidae merupakan jenis lebah penghasil madu sejati. Yang paling penting sebagai penghasil madu dan lilin adalah lebah madu dari genus Apis.

Morfologi dan Anatomi Lebah Madu
a. Morfologi (Struktur Eksternal)
Tubuh lebah madu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen). Seperti halnya insekta lebah tidak mempunyai kerangka internal tempat otot bertaut, tetapi sebagai penggantinya adalah penutup tubuh eksternal yang mengandung Chitin dan menutupi organ dalam.

b. Anatomi (Struktur Internal)
Anatomi lebah madu dalam hal ini meliputi sistem pencernaan, sistem penginderaan, dan sistem reproduksi. Sistem pencernaan pada lebah madu berturut-turut adalah: mulut, osefagus, kantong madu, proventriculus, ventriculus, usus halus, usus besar, colon dan rectum. Sistem penginderaan pada lebah madu meliputi indera penglihat, indera pencium, dan indera peraba. Dalam hal sistem reproduksi, organ reproduksi yang berkembang sempurna pada lebah hanya pada lebah jantan dan ratu. Seekor lebah ratu dewasa yang produktif dapat menelurkan 1000-2000 sel telur per hari.

Habitat Lebah Madu
Salah satu syarat hidup lebah adalah adanya tanaman. Secara umum lebah bisa hidup di seluruh belahan bumi, kecuali di daerah kutub. Hal ini disebabkan di daerah kutub tidak ada tanaman yang menjadi sumber pakan lebah. Di daerah tropis lebah dapat berkembang biak dengan baik dan produktif sepanjang tahun karena tumbuhan sebagai sumber pakan tersedia terus. Di daerah sub tropis lebah tidak produktif pada musim dingin (Suranto,2004).
Di alam bebas lebah tinggal di gua-gua dalam hutan termasuk di tebing-tebingnya. Di hutan, koloni lebah juga tinggal di pohon-pohon yang berlubang. Sementara di daerah peternakan lebah tinggal didalam tempat yang sudah disediakan namanya stup.

Koloni Lebah Madu
Lebah madu hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni, yang berdiam dalam satu sarang lebah (Rusfidra, 2006). Sampai saat ini jenis koloni yang umum dibudidayakan adalah jenis apis cerana dan apis mellifera. (Hasanuddin,2003).Di dalam koloni terdapat seekor lebah ratu, beberapa ratus lebah jantan dan puluhan ribu lebah pekerja.Menurut Ashari (1998) jumlah ini tergantung pada efektivitas penyerbukan dan kondisi makanan (bunga) setempat. Masing-masing anggota koloni memiliki pekerjaan yang dilakukan secara fungsional dan profesional.
Sel sarang atau sisir, semacam malam merupakan tempat lebah tersebut berkelompok. Sel sarang atau sisir tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan dan tempat telur/ pemeliharaan keturunannya.Jumlah makanan yang tersimpan dalam sarang tergantung pada kondisi flora, cuaca, jumlah lebah perkoloni, dan jenis lebah.

Lebah Ratu
Lebah ratu merupakan pemimpin koloni dan bertanggung jawab terhadap keutuhan dan kekompakkan koloni. Ratu ini berjenis kelamin betina dan hanya terdapat satu ekor dalam tiap koloni,Tugas utamanya adalah menghasilkan telur untuk perkembangan koloni. Ukuran ratu paling besar, panjang badannya hampir dua kali dan beratnya hampir tiga kali lebah pekerja. Umur ratu bisa mencapai enam tahun (Suranto,2004).

Lebah Jantan
Lebah jantan berasal dari telur yang tidak dibuahi. Lebah ini berfungsi sebagai lebah pemacek, yakni mengawini ratu muda. Jika beruntung, seekor lebah jantan hanya dapat kawin sekali selama hidupnya, karena setelah berhasil mengawini ratu, lebah ini akan mati. Karena sifatnya yang pemalas, pada saat krisis makanan, banyak lebah jantan dibunuh oleh lebah pekerja (Rusfidra,2003).

Lebah Pekerja
Lebah pekerja adalah kelompok yang jumlahnya paling banyak dalam koloni. Lebah pekerja juga berasal dari sel telur yang dibuahi. Ovariumnya tidak berkembang sempurna sehingga tidak dapat bertelur. Lebah pekerja bertanggungjawab kesejahteraan koloni. Kecuali tugas reproduksi, semua pekerjaan pada koloni lebah madu sepenuhnya dilakukan oleh lebah pekerja.
Tugas lebah pekerja sesuai dengan perkembangan umur. Dari mulai menetas sampai umur tiga hari sebagai petugas kebersihan. Umur 3 – 12 hari bertugas sebagai perawat larva. Sejak hari ke 13-18 bertugas membuat dan memoles sisiran sarang. Dari umur 18 sampai 20 bertindak sebagai pengawal dan menjaga kesegaran udara di dalam sarang. Mulai hari ke-20 sampai datangnya kematian lebah bertugas mengumpulkan nektar, polen, propolis dan air. Dimasa tuanya lebah pekerja berperan sebagai pemandu bagi lebah muda untuk mencari lokasi pengumpulan nektar, polen, propolis dan air (Rusfidra,2003)

Lebah Madu Sedang Mencari Makanan

Lebah Madu Sedang Mencari Makanan

anatomi lebah

Lebah Madu untuk Penyerbukan Tanaman

oleh : Ahmad Sanusi Nasution

E-mail/fb: sanusi_eneste@yahoo.com

Lebah bukan satu-satunya serangga yang bertugas memperlancar penyerbukan bunga. Namun ia merupakan serangga satu-satunya, yang dalam menjalankan tugasnya, tidak menimbulkan akibat samping yang merugikan tanaman. Berbeda dengan kupu-kupu misalnya, tak ada yang menyangkal bahwa kupu-kupu yang mengisap madu itu mampu membantu menempelkan serbuk sari pada kepala putik sebuah bunga, dan itu akan mempermudah proses pembentukan buah. Tapi kupu-kupu menuntut balas jasa yang kadang kelewat mahal. Ratusan butir telurnya yang menempel pada daun, akan menetas menjadi ulat yang rakus mengunyah daun tanaman. Tanaman bukannya untung tapi malah buntung dalam arti sebenarnya (Tim Redaksi Trubus,1993). Begitu juga dengan semut yang terkenal sebagai pengumpul madu, namun semut sering membuat sarang pada bagian tanaman misalnya bersarang pada daun, sehingga daunnya menjadi terlipat. Hal yang sama juga pada beberapa jenis burung yang mempunyai paruh runcing dan cakar yang tajam, sering kali paruhnya yang runcing dan cakar yang tajam ini mengoyak kelopak bunga,membuat tangkai bunga tak sanggup menahan beban. Lebah madu jauh dari sifat merusak seperti yang disebutkan itu. Ia sama sekali bukan hama tanaman, tapi malah membantu menaikkan produksi. Lebah merupakan serangga penyerbuk (polinator) tanaman yang paling penting di alam dibandingkan angin, air, dan serangga lainnya. Banyak peneliti mengungkapkan bahwa terdapat kenaikan produksi jika sejumlah koloni lebah diletakkan di sekitar lokasi tanaman. Produksi apel meningkat sebesar 30-60%, jeruk 300-400%, dan anggur 60-100%. Terdapat simbiosis mutualisme antara lebah dan bunga tanaman. Lebah mendapatkan nektar dan polen dari bunga, sedangkan bunga dibantu penyerbukannya oleh lebah (Rusfidra dan Liferdi). Kenaikan produksi akibat penyerbukan lebah disuatu areal perkebunan paling sedikit 15%, bahkan ada yang bisa 70%. Angka yang luar biasa. Menurut catatan Tim Trubus (1993), dulu di Bogor, pernah dicoba penggembalaan lebah madi di kebun mentimun. Ternyata hasil mentimun per hektar menjadi 19,5 ton, padahal tanpa bantuan lebah hanya 12 ton. Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1993) Kenaikan produksi dengan bantuan penyerbukan oleh lebah mencapai; kebun kapas 25%, kebun buah-buahan 25-50%, kebun bunga matahari 50-60%, kebun mentimun 62,5%. Lebah madu tidak menuntut macam-macam, jika dalam peternakan ia hanya butuh kandang berupa stup (kotak). Soal makanan mereka akan mencari sendiri, dan pemilik dipersilakan memeras sendiri madu yang berhasil dikumpulkan para lebah pekerja. Diantara jenis serangga yang ada, lebah madu dianggap sebagai serangga penyerbuk yang paling penting. Anggapan dasar yang dijadikan dalam hal ini adalah, pertama, lebah madu dapat melakukan penyerbukan paling efisien; kedua, populasi lebah madu dalam koloni mudah diatur baik jumlah maupun waktu untuk keperluan penyerbukan tersebut. Sangat efisiennya lebah madu dalam menyerbukkan bunga tanaman disebabkan badan serangga tersebut dilengkapi dengan organ semacam rambut atau bulu-bulu yang tumbuh lebat baik pada badan maupun kakinya sehingga dapat mengangkut tepung sari dalam jumlah besar serta selanjutnya memindahkan tepung sari ke kepala putik dalam jumlah cukup. Aktivitas lebah tersebut dilakukan secara tidak sengaja pada saat pencarian nektar dan tepung sari sebagai pakan untuk koloninya, bagian kaki lebah madu yang penuh rambut tersebut disebut poolen basket (Ashari,2004). Lebah memiliki organ khusus untuk mengambil nektar, yang disebut probosis. Lebah memiliki probosis, bentuknya seperti belalai pada gajah. Probosis memiliki kemampuan mengisap cairan nektar pada bunga. Aktivitas terbang lebah mengumpulkan nektar dan polen berlangsung sejak pagi sampai sore hari. Pollen atau tepung sari bunga diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh bunga sebagai sel-sel kelamin jantan pada tumbuhan. Pollen diperlukan oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, dan sedikit karbohidrat dan mineral. Menurut Hasanuddin (2003), Lebah madu mempunyai alat dan cara khas untuk mengumpulkan dan membawa pollen dari bagian bunga, yaitu dengan menggunakan mulut, lidah dan hampir semua bagian-bagian tubuh untuk memanen butir-butir pollen yang ukurannya sangat kecil (0.01-0,1 mm) dan menggunakan sebuah keranjang khusus yang disebut pollen basket di kaki belakang untuk membawa pollen dalam bentuk pelet ke sarang. Lebih lanjut Ashari (2004) mengatakan beberapa faktor yang harus dipertimbangakan dalam menggunakan lebah madu untuk tujuan membantu penyerbukan tanaman, diantaranya jumlah lebah per stup (strength of colony), potensi lebah (inspection of hive strength), jumlah stup lebah (number of bee hives), ketersediaan stup (availability of bee hives), dan penempatan stup (timing of the introduction of hives).

PERAN BUNGA DALAM SEKTOR PERTANIAN DAN KEHUTANAN

Oleh: Ahmad Sanusi Nst

E-mail: sanusi_eneste@yahoo.com

Tanpa bunga di dunia ini tidak mungkin ada kehidupan, ketergantungan makhluk hidup baik manusia maupun hewan terhadap bunga sangat beragam, bagi manusia kecintaan dan kekaguman atas bunga merupakan fenomena kodrati baik secara individu maupun masyarakat diseluruh penjuru dunia, darimana pun asal serta ragam budayanya, menurut Ashari (2004) manfaat bunga bagi manusia setidaknya dapat dilihat dari 3 segi, yaitu artistik/ keindahan, awal proses penyediaan tanaman pangan, dan hortikultura.

Dari segi artistik manusia menjadikan bunga untuk menyatakan sesuatu yang baik, sedih maupun gembira, peran bunga pada waktu saya SMU dulu sering digunakan untuk menyatakan perasaan cinta, sering terdengar ” Katakanlah dengan Bunga”. Bunga juga sering terlihat pada upacara yang sakral, misalnya pesta perkawinan, pesta ulang tahun, upacara kematian. Bahkan saat sekarang ini bunga senantiasa muncul pada penyelenggaraan seminar, kongres dan acara karya ilmiah lainnya..

Dalam penyediaan bahan pangan, bunga mempunyai nilai yang sangat penting dalam proses awal produksi tanaman pangan, yang dilakukan dengan proses awal inisiasi bunga, hingga polinasi dan diakhiri dengan fertilisasi. Tanpa proses ini buha atau biji tidak akan terbentuk.

Gambar bunga karet

Gambar bunga karet

Panen buah tidak dapat diharapkan tanpa proses pembungaan, sekalipun pada bisnis tanaman yang menentukan buah sebagai produk akhir, pembungaan maih merupakan tahap yang sangat penting.

Secara evolusi kesuksesan suatu organisme diukur dari kemampuannya menghasilkan keturunan yang fertil. Oleh karena itu dari sudut pandang evolusi seluruh struktur dan fungsi dari organ tumbuhan diarahkan untuk memberikan dukungan dalam mekanisme reproduksi. Pada tumbuhan tinggi struktur yang secara khusus bertugas dalam proses reproduksi adalah bunga.

Bunga merupakan organ generatif yang sangat penting dalam kaitannya dengan produksi tanaman berbunga, oleh karenanya pengetahuan mengenai biologi bunga harus kita pahami sebelum menangani masalah agronomi atau silvikultur dalam meningkatkan produksi tanaman.

Ditinjau dari segi agronomi maupun silvikultur bunga lebih erat kaitannya ke fungsi penyediaan bahan pangan dalam hal ini biji, hortikultura dan juga sebagai sumber benih untuk perbanyakan tanaman secara generatif.

Jumlah bunga dalam suatu tanaman akan mempengaruhi fruitset nya, fruitset merupakan perbandingan anatara produksi buah terpanen dengan jumlah bunga total yang terbentuk. Fruitset tanaman pangan lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura ataupun tanaman parennial lainnya, penyebab mengenai hal ini belum diketahui secara jelas, sekalipun demikian menurut Ashari (2004) selain faktor iklim, faktor genetik juga berpengaruh, oleh sebab itu kerjasama anatar pemulia tanaman (pohon) dengan orang klimatologi cukup penting dalam penelitian dibidang ini.

PUSTAKA ACUAN

Ashari, S. 2004, Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial, Bayumedia, Jakarta.

Ashari,S. 1995, Hortikultura, Aspek Budidaya, UI Press, Jakarta.

Pembungaan, Penyerbukan dan Pembuahan Tanaman

Oleh :Ahmad Sanusi Nasution

Morfologi Bunga
Bunga merupakan organ generatif tanaman, hal itu disebabkan, melalui bunga akan berlanjut regenerasi tanaman baru sehingga tanaman selalu eksis dari waktu ke waktu. Menurut Ashari (2004) Bunga terbagi menjadi dua golongan yaitu bunga lengkap (hermaphrodite dan complete flower) dan bunga tidak lengkap (incomplete flower).
Pengertian lengkap atau tidak lengkapnya bunga ditinjau dari adanya bunga jantan dan bunga betina dalam sekuntum bunga, atau juga dilihat berdasarkan berfungsi atau tidaknya masing-masing organ tersebut. Baca lebih lanjut