BANK BENIH (Suatu Kajian dalam Bidang Kehutanan)

Oleh : Ahmad Sanusi Nst

Dalam istilah sehari-hari kita mengenal bank sebagai tempat untuk menyimpan uang,dan benih merupakan biji yang sudah terseleksi. Bank benih yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tempat untuk menyimpan semua benih berbagai jenis tumbuhan agar dapat dipergunakan pada masa yang akan datang, sebagai sumber genetika untuk kepentingan konservasi dan pemuliaan. Keberadaan bank benih sangatlah penting mengingat Indonesia dengan bermacam ragam jenis pohon hutan memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan dan pelestarian plasma nutfah tumbuhan di dunia.
Bank benih terdiri dari bank benih di hutan (lapangan) yang tersimpan di dalam atau di atas permukaan tanah dan bank benih di tempat penyimpanan yang sudah melalui perlakuan pendahuluan, agar kualitas fisik,fisiologis dan genetisnya tetap baik.

1. Tipe Benih
Menurut Sutarno dkk (1997) secara teknologi dikenal benih yang bersifat ortodoks dan rekalsitran..
Benih ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatife sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam keadaan suhu yang relative rendah.contoh benih yang bersifat ortodoks antara lain adalah benih Acacia mangium Wild (Akasia),Dalbergia latifolia Roxb (sonobrit),Eucalyptus urophylla S.T (ampupu),Eucalyptus deglupta Blume (leda), Gmelina arborea Linn (gmelina), Paraserianthes falcataria Folsberg (sengon),Pinus mercusii Jung et de Vriese (tusam), dan Santalum album (cendana)
Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang bersuhu rendah.contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia Salisb (dammar),Diosypros celebica Back (eboni) ,Hevea brasiliensis Aublet (Kayu karet),Macadamia hildenbrandii Steen (makadame),Shore compressa, Shorea seminis V.SI.

2. Keadaan Dorman (dormansi)
Benih viable tidak bisa berkecambah walaupun ditempatkan pada kondisi lingkungan yang menguntungkan disebut dengan dormansi. Adapun penyebabnya antara lain adalah :
1. kulit benih tidak tembus air
2. kulit terlalu keras, sehingga secara mekanis sulit ditembus oleh embrio.
3. benih yang impermeable terhadap gas oksigen.
4. embrio belum terbentuk sempurna pada saat benih telah masak, dan
5. ketidaksiapan benih secara kimiawi untuk memulai perkecambahan.
Beberapa teknik yang dipakai untuk memecahkan dormansi ini antara lain adalah mengikir,menggosok, melubangi,secara kimiawi yaitu dengan merendam benih dalam larutan asam sulfat, asam nitrat (pekat),asam hidroklorid, zat pengatur tumbuh (sitokinin, auksin dan giberelin);dengan perendaman air panas atau perlakukan suhu tertentu serta cahaya. Contoh benih dorman adalah merbau (Instia palembanica)yang benihnya diliputi oleh kulit keras dan tebal dan tidak dapat menyerap air, benih merbau yang matang mempunyai kelembaban nisbi kurang dari 10%, benih tersebut dapat bertahan 3 tahun tanpa diperlakukan, dan dapat berkecambah setelah dua tahun.
Perlu diketahui benih non dorman juga tidak selalu menguntungkan, karena benih tersebut cepat mati, sehingga menyulitkan apabila dipindahkan/ dibawa ke tempat lain yang relative memerlukan waktu yang agak panjang. Contoh benih yang non dorman adalah Hopea odorata (merawan),Pericopsis spp (kayu kuku).

PUSTAKA ACUAN

Sutarno dkk,1997. PENGENALAN PEMBERDAYAAN POHON HUTAN,Prosea Indonesia-Prosea Network Office,Pusat Diklat Pegawai & SDM Kehutanan, Bogor 1997

RESPON TANAMAN TERHADAP PENYINARAN

OLEH: AHMAD SANUSI NST
E-mail: sanusi_eneste@yahoo.com

Pada dasarnya pengaruh radiasi terhadap pertumbuhan tanaman terdapat dalam proses-proses :
1. Fotosintesa
2. Fotostimulus, misalnya fotoperiodisme.

Fotosintesa memerlukan intensitas radiasi yang lebih besar dari fotoperiodisme, pada umumnya kecepatan fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan naiknya intensitas cahaya. Pada nilai-nilai intensitas cahaya tertentu, kecepatan fotosintesa tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh dengan cahaya (Guslim,2007).
Istilah fotoperodisitas digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994) Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam; sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat (<10 Jam). Kelompok tumbuhan yang membutuhan lama penyinaran yang panjang disebut tumbuhan hari panjang (long-day plant) dan kelompok tumbuhan yang membutuhkan lama penyinaran yang sngkat disebut tumbuhan hari pendek (short-day plant, kelompok tumbuhan yang fase perkembangan tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut sebagai tumbuhan hari netral (neutral-day plant)kelompok ini akan memasuki fase generatif baik jika menerima lama penyinaran yang panjang ataupun singkat.
Jadi dari hal tersebut di atas, dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting bukanlah intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar matahari).fenomena ini dapat kita jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman mangga)yang tempat tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu listrik)berbunga diluar musimnya.walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman yang tidak mau berbunga bila panjang hari kurang atau lebih dari apa yang seharusnya diutuhkan.
Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan tumbuhan akan lama penyinaran yang ideal, lama penyinaran ini dpat dimaniplasi (dipepanjang atau dipersingkat). Penambahan lama penyinaran dapat dilakukan dengan menggunakan lampu listrik yang spektru cahayanya semirip mungkin dengan cahaya matahari, dimana secara sederhana dapat digunakan gabungan antara cahaya dari lampu pijar dengan lampu fluorescence. Untuk mempersingkat lama penyinaran dapat dilakukan dengan cara menutupi tanaman tersebut dengan kain hitam atau bahan lain yang sulit ditembus cahaya matahari.

DAFTAR PUSTAKA

Guslim,2007. Agroklimatologi,USU Press,Medan
Lakitan,B.1994, Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.